Naruto Uzumaki Shoulder Pump

Selasa, 07 November 2017

Tulisan 2 (Softskill) : Mengulas Secara Detail Penyebab 7 Eleven Tutup




MENGULAS SECARA DETAIL PENYEBAB 7 ELEVEN TUTUP



   


 
Disusun Oleh :
Nama        : NADIA DAMAYANTI
NPM          : 26217653
Kelas         : 1EB18


Tulisan 2
Pengantar Bisnis #
Dosen : S Tiwi Anggraeni


  


UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan. K.H Noer Ali, Kalimalang, Bekasi


BAB I
PENDAHULUAN

PT Modern Internasional Tbk (MDRN) melalui anak usahanya PT Modern Sevel Indonesia memutuskan untuk menutup kegiatan usahanya gerai 7-Eleven (Sevel) per 30 Juni 2017. 7-Eleven tutup setelah menjadi salah satu tempat nongkrong favorit anak muda Jakarta. Tutupnya 7-Eleven sendiri disebabkan oleh beberapa faktor tertentu.

Menurut Levita Supit selaku Ketua Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI), sejak pertama kali membuka gerai pada 2009, 7-Eleven menarik minat masyarakat. Serta 7-Eleven memiliki daya tarik tersendiri, hal ini karena 7 Eleven merupakan minimarket yang dilengkapi tempat untuk bersantai dan berkumpul bagi anak muda dan konsumen lainnya.

Namun, salah satu penyebab 7 Eleven tutup atau bangkurt karena konsumen lebih banyak menghabiskan waktu untuk nongkrong dibandingkan berbelanja. Hal ini sangat merugikan bagi 7 Eleven, mungkin dari luar toko terlihat ramai pelanggan. Pada kenyataannya pelanggan yang ramai tersebut tidak berbelanja, hanya nongkrong saja di tempat fasilitas yang telah disediakan oleh 7 Eleven. Sehingga 7 Eleven tidak bisa mencapai target yang berakibat pada penutupan seluruh gerai 7 Eleven.

Masih banyak penyebab kebangkrutan atau penutupan gerai 7 Eleven, untuk itu penulis akan membahas secara detail kenapa hal tersebut bisa terjadi dan apakah tidak ada solusi yang lebih baik untuk 7 Eleven.




BAB II
ISI

Pada 30 Juni 2017, 7 Eleven resmi menutup seluruh gerai yang ada di Indonesia. Hal tersebut menghebohkan masyarakat, karena menurut penilaian masyarakat. 7 Eleven terlihat sukses, karena banyak konsumen yang bersantai dan kalangan anak muda yang nongkrong bersama teman-temannya. Namun, dibalik keramaian yang ada para konsumen hanya bersantai saja tanpa berbelanja. Mereka hanya membeli minuman dan makanan yang terbilang cukup murah. Hal ini sangat merugikan pihak 7 Eleven selaku penyedia fasilitas. Kerugian yang dialami 7 Eleven adalah sebesar Rp 447,9 miliar di kuartal 1 pada tahun 2017.

Kerugian bersumber dari salahnya strategi pemasaran dan target sasaran dari 7-Eleven. Berikut ini adalah penjelasan secara detail mengenai penyebab bangkrutnya 7 Eleven, sebagai berikut :
1.     Kesalahan dalam menerapkan strategi bisnis
7 Eleven merupakan minimarket yang menyediakan fasilitas tempat bersantai untuk konsumen yang datang. Hal tersebut bertujuan untuk menarik perhatian dan minat para konsumen terutama konsumen kalangan anak muda. Bukannya meraup keuntungan, 7 Eleven mendapat kerugian. Karena 7 Eleven memang ramai pelanggan, tetapi para pelanggan tersebut tidak berbelanja melainkan hanya menikmati fasilitas yang ada di 7 Eleven yang terbilang memakan waktu cukup lama. Sehingga pemasukan tidak sebanding dengan pengeluaran untuk memperoleh keuntungan.

2.     Banyak pesaing yang mengikuti strategi 7 Eleven
Banyak sekali kompetitor yang mengikuti strategi 7 Eleven yaitu menyediakan tempat untuk nongkrong ataupun bersantai. Sebut saja Indomaret dan Lawson. Sebab itu, pasar yang mulanya dikuasai 7-Eleven menjadi terbagi. Tentu saja sebagian pelanggan meninggalkan 7 Eleven, dan lebih memilih nongkrong ditemapat lain.

3.     Berlawanan dengan aturan pemerintah.
7 Eleven tidak terlalu jelas terkait dengan izin usaha, apakah sebagai minimarket atau restoran. Tampilan fisik dan dagangan 7-Eleven memang berciri minimarket. Namun, untuk dapat buka 24 jam, mereka harus menggunakan izin restoran. Manajemen pun kemudian menambahkan makanan cepat saji, lengkap dengan meja dan kursi untuk menikmatinya.

4.     Larangan menjual minuman beralkohol
7 Eleven pernah menjual minuman beralkohol untuk konsumen yang berusia diatas 21 tahun. Pada saat itu, Penjualan minuman beralkohol meningkatkan keuntungan 7 Eleven. Namun, pemerintah melarang penjualan minuman beralkohol tersebut. Hal ini tercantum pada Peraturan menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol. Saat minuman beralkohol dilarang, penjualan menjadi semakin berkurang. Kemudian orang-orang yang membeli snack seperti kacang-kacangan menurun.

5.     Mengalami kerugian yang cukup parah
Dengan adanya kerugian langsung memukul kinerja Modern. Pada akhir 2015, meski masih mampu mencetak penjualan Rp 1,23 triliun, perusahaan untuk pertama kalinya setelah bersalin nama tahun 2007 menderita rugi bersih Rp 54,77 miliar. Hal tersebut berlanjut di tahun berikutnya. Pada 2016, kerugian perusahaan makin membengkak menjadi Rp 638,72 miliar. Tanda-tanda kemerosotan 7-Eleven makin nyata. Pengunjungnya terus berkurang hingga pada akhir 2016 manajemen 7-Eleven mengumumkan penutupan 25 gerai. Tahun ini, kondisinya pun semakin parah. Selama tiga bulan pertama tahun ini, Modern Internasional sudah menderita kerugian bersih Rp 447,93 miliar. Tak heran, perusahaan terus melakukan efisiensi dengan menutup 30 gerai 7-Eleven, sebelum membuat keputusan final yaitu menghentikan operasional seluruh gerai yang tersisa pada 30 Juni mendatang.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hanya enam tahun 7 Eleven bertahan di Indonesia, kinerja bisnis 7-Eleven mulai menurun pada 2015. Saat itu, penjualan bersih 7-Eleven tercatat sebesar Rp 886,84 miliar. Untuk pertama kalinya 7-Eleven menutup 20 gerai miliknya. Sementara gerai baru yang dibuka hanya 18 unit, angka penambahan gerai terkecil sejak 2011. Toko-toko 7-Eleven sejak itu kosong dan tidak berpenghuni, selain itu PT. Modern Internasional terpaksa memberhentikan 1200 hingga 1300 karyawannya.


3.2 Saran
            Sebaiknya lebih memikirkan secara matang-matang mengenai strategi dalam berbisnis untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan. Jika strategi sudah ada titik terang yang menguntungkan untuk kedepannya, baru diterapkan dengan perlahan-lahan melalui proses yang cukup banyak. Karena didunia ini tidak ada yang instan. Untuk itu, berusaha dan jangan ceroboh dalam menentukan strategi berbisnis.



BAB IV
REFERENSI

Widyatmini, Pengantar Bisnis, Gunadarma, Jakarta, 1992. (Ebook Tingkat I Universitas Gunadarma PTA 2017/2018) .
https://katadata.co.id/berita/2017/06/23/berjaya-6-tahun-kinerja-perusahaan-7-eleven-meredup-sejak-2015. Berita dipublikasikan pada hari Jum'at 23 Juni 2017, pukul 14.09 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar